Minggu, 09 September 2018

Pulau Samosir

Kalo dilihat dari tanggalan ternyata gw udah ga nulis selama setahun lebih yaaa,, wagilaa sih padahal setahun itu gw juga ga diem terus dirumah loh, cuma entah kenapa lagi males banget mau nulis, padahal juga buka PC setiap hari. hihiii.
Perjalanan yang akan gw ulas kali ini perjalanan ke Medan dan Samosir, ga banyak sebenernya yang bisa gw tulis karena gw di medan ini cuma 3 hari itu juga sekalian kondangan hahaa, ini kunjungan pertama gw ke Sumut, kunjungan kedua kira2 sebulan lalu sebelum gw nulis perjalanan ini, tapi dikunjungan kedua ga sempet kemana2 karena cuma ikut suami dinas (nebenghotelgratis) hahahahaaaa

Okee lanjoott, perjalanan gw ke medan naik pesawat dari bandara Halim Perdanakusuma, gw waktu itu naik Batik Air malam, perjalanan gw tempuh 2 jam. saampai di medan otomatis lah ya langsung menuju hotel, istirahat karena keesokan harinya anak dari Kepala Divisi gw nikahan. keesokan harinya setelah kondangan tanpa buang waktu gw cuss langsung eksplore medan, disini gw pergi bertiga sama temen dari jakarta dan temen dari cabang medan, sama doi kita langsung diajak ke  air terjun Sipisopiso, menurut bang Wikipedia Sipiso-piso adalah sebuah air terjun yang berada di Dusun Hutabaringin, Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Air Terjun Sipisopiso memiliki ketinggian hingga 120 meter[1] dan mengucur deras membentuk garis vertikal sempurna. Sehingga Air Terjun Sipisopiso masuk dalam air terjun tipe Plunge. Air Terjun Sipisopiso berada di bibir kaldera raksasa Danau Toba serta terbentuk pada aliran Sungai Pajanabolon yang merupakan salah satu sungai menyuplai air ke Danau Toba. Air Terjun Sipisopiso berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan air laut. Nama Sipisopiso diambil dari nama sebuah Gunung yang berada tepat di timur laut Air Terjun Sipisopiso. Gunung yang juga disebut Dolok Sipisopiso ini memiliki ketinngian sekitar 1.860 meter di atas permukaan air laut.
Bisa dibayangin dong gimana tingginya dari permukaan itu air terjun, tapi eh tapi berhubung waktu itu udah sore jadi gw ga sempet turun, karena jalanannya lumayan jauh hehehe (bilang ajaah males)




Hari pertama kita cuma ke sipisopiso aja soalnya start juga udah sore, tapi amazing lho, udaranya masih bersih banget disini, kalo mau foto2 lebih deket sama air terjun mending dateng lebih siang yaah, soalnya jalannya lumayan juga kebawah.. Sampe di kota Medan kita ga langsung balik hotel, tapi ke Merdeka Walk dulu ngopi2 cantik, pengen makan durian tapi udah kemaleman jadi hari berikutnya ajaah...

Hari selanjutnya kita cussss ke samosir lho, waaahh disini seru, dari medan kita start pagi, untuk menuju samosir kita harus nyebrang danau toba pake kapal dari pelabuhan Ajibata Parapat, pas pertama kali lihat danau toba, langsung mikir, Subhanallah banget letusan gunung berapi waktu itu, bisa sampe bikin danau sebesar ini.

Danau Toba
Penyebrangan sampai ke pelabuhan Tomok di Samosir kurang lebih 1 jam, sambil nyebrang sambil diiringi lagu khas Batak jadi makin berasa kalo lagi di tanah Batak hehe..

Sampai di Tomok langsung lihat2, budayanya emang masih kental banget disana dibanding di kota, dari raut orang2nya, bahasanya, lingkungannya bener2 menyadarkan kalo emang kita lagi di Sumatera Utara. Oiyaaa, kita disini sempet nari sigale-gale hahaha dipandu sama opung, opung ini warga asli Samosir..



Sigalegale


Konon cerita sigalegale ini punya banyak versi, menurut om wikipedia Sigale gale merupakan boneka kayu yang dibuat untuk membahagiakan Raja Rahat, raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir.
Konon Raja Rahat memimpin negerinya dengan bijaksana. Sayangnya, istri Raja sudah lama meninggal dunia. Raja hanya punya seorang anak lelaki, bernama Manggale. Manggale sangat dihormati dan disegani seluruh rakyat di negeri itu karena ketangkasannya berperang. Ia menjunjung tinggi kebenaran. Sama seperti sang Raja, ayahnya, Manggale pun sangat mencintai rakyatnya.
Ketenteraman di negeri itu terusik ketika suatu hari prajurit membawa berita bahwa di hutan perbatasan berkumpul prajurit negeri tetangga. Prajurit negeri tetangga hendak menyerang, menjarah harta kekayaan yang ada di negeri itu. Tentu saja Raja tidak tinggal diam mendengar kabar itu. Raja mengumpulkan semua penasihat, juga Manggale selaku panglima perang. Setelah semua dipersiapkan, maka berangkatlah Manggale bersama prajurit terbaiknya.
Selama Manggale dan prajurit pergi berperang, hati Raja tidak tenang. Ia takut sesuatu yang buruk menimpa anak kesayangannya. Sampai kemudian, sebagian prajurit pulang. Tidak ada Manggale di antara mereka. Manggale tewas di medan pertempuran. Raja sangat sedih. Anak kebanggaannya, pewaris kerajaan, telah meninggal dunia. Seluruh rakyat juga sedih dan merasa kehilangan.
Akhirnya, Raja jatuh sakit. Para penasihat Raja sudah memanggil banyak datu, tetapi tidak ada yang mampu menyembuhkan Raja. Seorang datu memberi saran pada penasihat kerajaan untuk membuat patung kayu yang wajahnya sangat mirip dengan wajah Manggale. Penasihat kerajaan mengikuti saran itu. Dipanggilah pemahat terbaik di kerajaan untuk mengerjakan patung itu. Pembuatan patung dilakukan jauh di dalam hutan, karena Manggale tewas di dalam hutan. Jadi, datu meyakini roh Manggale masih berada di dalam hutan itu. Sang pemahat menggunakan kayu pohon nangka sebagai bahan karena kayu nangka sangat keras.
Wajah patung itu sangat mirip dengan wajah Manggale. Kemudian, datu menggelar ritual dengan meniup sordam dan memainkan gondang sabangunan untuk memanggil roh Manggale. Roh Manggale dimasukkan ke dalam patung yang mirip wajahnya itu. Patung itu diangkut menuju istana dengan iringan sordam dan gondang.
Karena patung itu sangat mirip dengan putra kesayangannya yang telah meninggal. Kerinduan sang raja pada Manggale sedikit demi sedikit terobati. Apalagi patung itu bisa menari sendiri karena datu sudah memasukkan roh Manggale ke dalamnya. setiap Raja rindu dengan putranya, ia akan manortor (melakukan tor-tor/menari) bersama patung itu. Seluruh rakyat ikut manortor setiap Raja melakukannya. Kemudian, Raja memberi patung ini nama sigale-gale. Yang artinya, si Lemah-lembut, atau si lemah lunglai.
Pemahat yang berhasil membuat patung yang mirip wajah Manggale, meninggal dunia tidak lama setelah ia menyelesaikan patung itu. Sampai sekarang, ada kepercayaan di masyarakat Batak bahwa pembuat patung sigale-gale harus menyerahkan jiwanya pada patung buatannya supaya patung bisa bergerak seperti hidup.Itulah sebabnya, tidak banyak yang bersedia membuat patung sigale-gale. Kalaupun ada, sebuah patung akan dikerjakan beberapa orang. Ada yang memahat bagian kepala, bagian badan atau bagian kaki. 

Hayoooo yang penasaran pengen nari bareng patung sigale gale langsung dateng ajaa ke Samosir, ajak temen yang banyak biar makin seruuu.. Karena hari udah menjelang sore, kita putuskan buat balik ke Medan, karena masih ada tujuan selanjutnya yaituuuuu : maem Duriaaaann hahahaaa

Sekian cerita dari Sumatera Utara, sampe ketemu dicerita yang lainnya yaaa man teman,, suatu hari nanti pengen balik lagi kesini, eksplore Kota Medan dan Brastagi, btw kalo kesini jangan lupa makan Durian yaaa..hahaha.. Horaasss

IndonesianFlashpacker